RM SAID "pangeran sambernyowo" dan putri matah ati

Langen beksan kolosal Matah Ati nalika dibabar ing Pamedan Pura Mangkunegaran sawetara dina kapungkur dadi sarana kanggo ndhudhah piwulang luhur ”tiji tibeh” warisane RM Said. (JIBI/Solopos/Burhan Aris Nugraha)


Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau nama kecilnya raden mas said Adalah seorang pahlawan nasional yang dengan gagah melawan belanda bahkan melawan saudara saudaranya yang bekerja sama dengan penjajah saat itu

lahir  7 april 1725 masehi di kartasura ayahnya K.P.A. Mangkunegara, putra tertua Sunan Amangkurat IV (Pakubuwana I), penguasa Kesunanan Mataram-Kartasura. Dengan demikian, ia memiliki hak kedua setelah ayahnya sebagai pewaris takhta. Namun demikian, KPA. Mangkunegara secara politik terang-terangan anti-VOC.

sikap yang sama dengan adiknya, KPA Mangkubumi, dan BRM. Said sendiri. Sikap politik ini membuat KPA Mangkunegara dibuang ke Sailan (Srilanka) oleh VOC, setelah intrik di antara keluarga sendiri.

RM Said berperang sepanjang 16 tahun melawan kekuasaan mataram dan belanda karena ketidak puasan terhadap pemimpin mataram yang sangat dekat dengan penjajah VOC, selama itu pasukan Mangkoenagoro melakukan pertempuran sebanyak 250 kali.
Sehingga Gubernur Direktur Jawa, Baron van Hohendorff, yang berkuasa ketika itu, memuji kehebatan Mangkunegoro. 

Pangeran yang satu ini sudah sejak mudanya terbiasa dengan perang dan menghadapi kesulitan. Sehingga tidak mau bergabung dengan Belanda dan keterampilan perangnya diperoleh selama pengembaraan di daerah pedalaman.Ia dikenal sebagai panglima perang yang berhasil membina pasukan yang militan. Dari sinilah ia dijuluki “Pangeran Sambernyawa”, karena dianggap oleh musuh-musuhnya sebagai penyebar maut.



Dalam membina kesatuan bala tentaranya, Said memiliki motto tiji tibèh, yang merupakan kependekan dari mati siji, mati kabèh; mukti siji, mukti kabèh (gugur satu, gugur semua; sejahtera satu, sejahtera semua). Dengan motto ini, rasa kebersamaan pasukannya terjaga.
Perkenalan dengan matah ati, 

Matah ati sebenernya adalah seorang gadis perempuan yang cantik bernama rubiah dari desa matah, ayah nya bernama kyai Kasan nuriman yang mempunyai nama kecil basman adalah orang yang di segani di desa tersebut

Rubiah kecil memiliki Kesukaan akan wayang hal itulah yang mengenalkan dirinya dengan RM said yang saat itu sedang berjuang di nglaroh, peremuan itu memang tidak sengaja saat rubiah sedang menonton wayang  ada keunikan tersendiri dari rubiah secara spiritual yang hanya di pahami oleh orang orang waskita pada zaman dahulu.

dari pertemuan tersebut maka RM said sangat terpesona dengan rubiah maka dimintanya rubiah untuk menjadi istri dar RM said.matah ati akhirnya ikut berjuang bersana RM said Dengan gelar putri matah ati, karena sering nya mengikuti perang maka sang matah ati bahkan memiliki laskar srndiri yangemilki sekitar 144 prajurit, yang dapat menginspirasi dari laskar permpuan di wilayah wilayah lain.

Akhir pertempuran karena tidak ingin lagi ada pertumpahan darah semakin banyak maka dari pihak mangkunegoro III mendesak diadakanya sebuah perundingan akhirnya di setujuilah perundingan yang di sebut perundingan salatiga Pertemuan berlangsung di Desa Jemblung, Wonogiri. Sunan memohon kepadanya agar mau membimbingnya. Sunan menjemput Mangkunegara di Desa Tunggon, sebelah timur Bengawan Solo. 

Untuk menetapkan wilayah kekuasaan Said, dalam perjanjian yang hanya melibatkan Sunan Paku Buwono III, dan saksi utusan Sultan Hamengku Buwono I dan VOC ini, disepakati bahwa Said diangkat sebagai Adipati Miji alias mandiri. 

Walaupun hanya sebagai adipati, kedudukan hukum mengenai Mangkunegara I (nama kebesarannya), tidaklah sama dengan Sunan yang disebut sebagai Leenman sebagai penggaduh, peminjam kekuasaan dari Kumpeni, melainkan secara sadar sejak dini ia menyadari sebagai "raja kecil", bahkan tingkah lakunyapun menyiratkan bahwa "dia adalah raja di Jawa Tengah yang ke-3". 

demikian kenyataannya Kumpeni pun memperlakukannya sebagai raja ke III di Jawa Tengah, selain Raja I Sunan dan Raja II Sultan. Perkawinan dengan matah ati dan RM said melahirkan dua putra yaotu kanjeng pangeran arya prabu amijoyo  dan raden ayu sombro dan saat RM said bergelar Mangkunegoro matah ati bergelar bendoro raden ayu mangkunegoro sepuh.

Posting Komentar

0 Komentar