Suku Baduy Etnik penjaga tradisi alam yang berada di Banten

anak-anak suku badui

Dari sekian ribu suku di indonesia ada sebuah kelompok etnis atau suku unik,  mereka berada di kabupaten lebak Banten, tepatnya di desa kenekes kecamatan leuwidamar, yaitu suku baduy, suku baduy ini hidup bersama alam di lereng pegunungan kendeng.

suku badui sendiri terbagi menjadi dua yaitu suku badui luar dan suku badui dalam, kearifan lokal menjaga alam tanpa terpengaruhi dari budaya luar, dengan menjalankan pikukuh atau aturan-aturan adat  ketat yang ketat serta memegang aturan adat yang tetap berlaku di suku badui dalam,.

dengan perlakuan adat yang ketat maka siapapun penduduk suku disana dilarang memakai alat dan perabotan rumah tangga secara modern misalkan terbuat dari plastik alumunium ataupun gadget, mereka bersatu dengan alam dengan memakai peralatan yang telah disediakan oleh alam.

sementara untuk suku badui luar  sudah mulai terkontaminasi dari dari pengaruh-pengaruh luar misalkan penggunaan gadget, perabotan yang dibeli dari pasar yang terbuat dari plastik  dan alumunium, dan juga sabun untuk mandi, badui luar juga bisa menerima tamu yang berasal dari dalama maupun luar indonesia dan juga di perbolehkan tinggal sementara disana

perbedaan lagi dari suku badui dalam dan luar, suku badui dalam biasanya memakai pakaian putih yang mendominasi kadang hanya dengan memakai celana hitam ataupun biru tua, beda dengan suku badui luar yang sudah bisa memakai pakaian pada umunya. pakaian putih berarti suci dan tidak terpengaruh dari peradaban luar.

  

badui dalam memiliki tiga kampung yang bertugas mengakomodir kegiatan  dan berbagi tugas untuk melakukan kegiatan dari badui dalam, kepala tertinggi suku badui di sebut Pu'un yang bertanggung jawab dari keseluruhan suku badui dalam,

mata pencaharian suku badui pada umumnya adalah bercocok tanam dengan bertani, kadang juga memerah nira yang digunakan untuk gula aren dan dapat dijual ke kota, selain itu pada waktu tertentu mereka juga berburu madu lebah hutan yang hasilnya di jual bahkan sampai ke jakarta.

suku badui  jika ingin berpergian ke suatu tempat mereka  hanya akan berjalan dan tanpa beralas kaki seberapapun jauh  mereka pergi, karena pantang bagi mereka untuk memakai kendaraan atau alas kaki

untuk para wanita suku badui mereka biasanya menyibukan diri untuk menenun kain yang nanti hasilnya di jual pada pengunjung atau wisatawan,